PERLUNYA MENATA KADERISASI PELAJAR
Oleh: Abdul Adhim
“….Mendjadi muslim NU terlalu sempit. Tidak menzaman. Apalagi NU terdiri dari orang-orang jang klunuk-klunuk, tua-tua, lahir dan batinja, jang bila berdjalan membungkuk-bungkuk sambil menghitung-hitung tasbih dan pakai bakiak….” (M. Tolchah Mansoer)
Ungkapan di atas bisa kita jadikan pijakan, berangkat untuk menjawab pertanyaan mengapa harus ada kaderisasi. Bahwa setiap sejarah membutuhkan generasi yang dapat berbuat untuk zamannya. Dalam abad besar, tantangannya pasti besar dan dengan demikian membutuhkan generasi yang besar.
Lahirnya organisasi IPNU-IPPNU. Pada dasarnya tidak berangkat dari sebuah ruang yang hampa, tetapi berdasarkan pada sekian banyak aspek yang mempengaruhinya agar IPNU-IPPNU bisa lahir. Aspek sosial, politik, agama, budaya dan aspek-aspek lainnya yang kemudian mengakumulasi dan terbentuk menjadi satu, menjadi sebuah kebutuhan utama akan perlunya dibentuk sebuah organisasi pelajar NU tersebut.
Sejatinya memang, bahwa nilai-nilai yang harus dibawa oleh IPNU-IPPNU saat pertamakali disahkan adalah di samping sebagai wadah bagi pelajar, remaja dan santri NU, IPNU-IPPNU juga diharapkan mampu membangun bangsa ini melalui peningkatan sumber daya manusia (SDM), pendidikan dan pengamalannya (ilm bil amalin) serta sebagai pengawal nilai-nilai NU di tingkatan komunitas pelajar, santri dan remaja demi kemaslahatan bangsa Indonesia.
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama sebagai organisasi kader perlu merancang pola kaderisasi yang tepat dalam agenda utamanya tersebut. Setidaknya ada dua level pengkaderan yang diupayakan, yaitu pengkaderan formal dan informal. Pengkaderan formal seperti Makesta (Masa Kesetiaan Anggota), Lakmud (Latihan Kader Muda) dan Lakut (Latihan Kader Utama) dalam upaya rekruitmen. Pola pengkaderannya termanifestasi dalam bentuk pelatihan-pelatihan keorganisasian. Sedangkan pengkaderan informal diwujudkan lebih pada pengembangan potensi. Seperti pelatihan-pelatihan pengembangan minat dan bakat, Life skill, pelatihan jurnalistik dan lain sebagainya.
Sebagai organisasi kader, IPNU-IPPNU harus lebih serius dan komitmen untuk mengembangkan pengkaderannya di dalam lingkungan NU. Organisasi yang berbasis pelajar ini sebagai garda depan atau pintu utama, pelopor, pelangsung dan penyempurna cita-cita Nahdlatul Ulama yang merupakan organisasi berideologikan Ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja). Kader IPNU-IPPNU secara moral dan material diharapkan dapat mewujudkan spirit trilogi perjuangannya yaitu belajar, berjuang, bertaqwa dalam konteks realitas kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi kader yang mengemban misi perubahan transformatif (agen of change) dan amanat perjuangan organisasi
Tugas IPNU-IPPNU adalah menyiapkan kader bangsa yang berkualitas dan ikut berkontribusi menyeleseikan persoalan bangsa. IPNU-IPPNU menyadari bahwa para kader memiliki satu kelebihan yang tidak dimiliki organisasi kader di luar NU, yaitu nilai-nilai ke NU-an yang memiliki nilai dasar tawasuth, tawadlu, tasamuh dan sebagainya. Nilai-nilai ini cukup memberikan senjata bagi kita untuk melakukan penyeimbangan bagi gerakan garis keras yang juga signifikan melebarkan pengaruhnya di kalangan pelajar. Upaya untuk menangkal itu direspon oleh IPNU-IPPNU dengan semaksimal mungkin melakukan Masa Orientasi Siswa (MOS) di sekolah-sekolah. MOS ini dilengkapi dengan mensosialisasikan materi-materi tentang ke NU-an, aswaja dan semacamnya demi menambahkan ideologi ke NU-an. Tidak hanya melakukan MOS, IPNU-IPPNU juga berupaya membentuk komisariat-komisariat di sekolah-sekolah, yang intinya untuk meningkatkan intensitas, pembinaan dan pengawalan secara langsung di sekolah-sekolah.
Target dan sasaran kaderisasi adalah generasi muda keturunan ulama/ kyai, keturunan pengusaha (aghniya'), keturunan birokrat/ bangsawan, intelektual/ akademisi, para petani dan profesi lainnya. Dalam keseluruhan aspek ini akan saling mendukung untuk kemajuan kaderisasi. Karena setiap insan, dari manapun datangnya, asal usulnya pada hakikatnya memiliki keunikan, keistimewaan, yang jika di asah dan dikenali oleh dirinya sendiri akan menjadi kelebihan yang luar biasa.
Kader IPNU-IPPNU diharapkan untuk bisa melestarikan tradisi-tradisi NU seperti silaturrahim dengan ulama/ kyai, tradisi santri, ritual jamaah (istigotsah, ziarah makam wali/ ulama, pentas seni budaya dll) perlu ditingkatkan dan terus dilestarikan. Dengan demikian hubungan yang intens akan membuat organisasi semakin kuat dan berkembang. Selanjuntnya masuk di IPNU-IPPNU bukan berarti menjadi penghalang mendapatkan prestasi, namun menjadi pendorong untuk memperoleh prestasi lebih, artinya kader IPNU-IPPNU harus berprestasi di Sekolah, Berprestasi di Pondok pesantren dan aktif di organisasi IPNU-IPPNU, itu dinamakan kader IPNU-IPPNU sejati. (Aa)
Oleh: Abdul Adhim
“….Mendjadi muslim NU terlalu sempit. Tidak menzaman. Apalagi NU terdiri dari orang-orang jang klunuk-klunuk, tua-tua, lahir dan batinja, jang bila berdjalan membungkuk-bungkuk sambil menghitung-hitung tasbih dan pakai bakiak….” (M. Tolchah Mansoer)
Ungkapan di atas bisa kita jadikan pijakan, berangkat untuk menjawab pertanyaan mengapa harus ada kaderisasi. Bahwa setiap sejarah membutuhkan generasi yang dapat berbuat untuk zamannya. Dalam abad besar, tantangannya pasti besar dan dengan demikian membutuhkan generasi yang besar.
Lahirnya organisasi IPNU-IPPNU. Pada dasarnya tidak berangkat dari sebuah ruang yang hampa, tetapi berdasarkan pada sekian banyak aspek yang mempengaruhinya agar IPNU-IPPNU bisa lahir. Aspek sosial, politik, agama, budaya dan aspek-aspek lainnya yang kemudian mengakumulasi dan terbentuk menjadi satu, menjadi sebuah kebutuhan utama akan perlunya dibentuk sebuah organisasi pelajar NU tersebut.
Sejatinya memang, bahwa nilai-nilai yang harus dibawa oleh IPNU-IPPNU saat pertamakali disahkan adalah di samping sebagai wadah bagi pelajar, remaja dan santri NU, IPNU-IPPNU juga diharapkan mampu membangun bangsa ini melalui peningkatan sumber daya manusia (SDM), pendidikan dan pengamalannya (ilm bil amalin) serta sebagai pengawal nilai-nilai NU di tingkatan komunitas pelajar, santri dan remaja demi kemaslahatan bangsa Indonesia.
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama sebagai organisasi kader perlu merancang pola kaderisasi yang tepat dalam agenda utamanya tersebut. Setidaknya ada dua level pengkaderan yang diupayakan, yaitu pengkaderan formal dan informal. Pengkaderan formal seperti Makesta (Masa Kesetiaan Anggota), Lakmud (Latihan Kader Muda) dan Lakut (Latihan Kader Utama) dalam upaya rekruitmen. Pola pengkaderannya termanifestasi dalam bentuk pelatihan-pelatihan keorganisasian. Sedangkan pengkaderan informal diwujudkan lebih pada pengembangan potensi. Seperti pelatihan-pelatihan pengembangan minat dan bakat, Life skill, pelatihan jurnalistik dan lain sebagainya.
Sebagai organisasi kader, IPNU-IPPNU harus lebih serius dan komitmen untuk mengembangkan pengkaderannya di dalam lingkungan NU. Organisasi yang berbasis pelajar ini sebagai garda depan atau pintu utama, pelopor, pelangsung dan penyempurna cita-cita Nahdlatul Ulama yang merupakan organisasi berideologikan Ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja). Kader IPNU-IPPNU secara moral dan material diharapkan dapat mewujudkan spirit trilogi perjuangannya yaitu belajar, berjuang, bertaqwa dalam konteks realitas kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi kader yang mengemban misi perubahan transformatif (agen of change) dan amanat perjuangan organisasi
Tugas IPNU-IPPNU adalah menyiapkan kader bangsa yang berkualitas dan ikut berkontribusi menyeleseikan persoalan bangsa. IPNU-IPPNU menyadari bahwa para kader memiliki satu kelebihan yang tidak dimiliki organisasi kader di luar NU, yaitu nilai-nilai ke NU-an yang memiliki nilai dasar tawasuth, tawadlu, tasamuh dan sebagainya. Nilai-nilai ini cukup memberikan senjata bagi kita untuk melakukan penyeimbangan bagi gerakan garis keras yang juga signifikan melebarkan pengaruhnya di kalangan pelajar. Upaya untuk menangkal itu direspon oleh IPNU-IPPNU dengan semaksimal mungkin melakukan Masa Orientasi Siswa (MOS) di sekolah-sekolah. MOS ini dilengkapi dengan mensosialisasikan materi-materi tentang ke NU-an, aswaja dan semacamnya demi menambahkan ideologi ke NU-an. Tidak hanya melakukan MOS, IPNU-IPPNU juga berupaya membentuk komisariat-komisariat di sekolah-sekolah, yang intinya untuk meningkatkan intensitas, pembinaan dan pengawalan secara langsung di sekolah-sekolah.
Target dan sasaran kaderisasi adalah generasi muda keturunan ulama/ kyai, keturunan pengusaha (aghniya'), keturunan birokrat/ bangsawan, intelektual/ akademisi, para petani dan profesi lainnya. Dalam keseluruhan aspek ini akan saling mendukung untuk kemajuan kaderisasi. Karena setiap insan, dari manapun datangnya, asal usulnya pada hakikatnya memiliki keunikan, keistimewaan, yang jika di asah dan dikenali oleh dirinya sendiri akan menjadi kelebihan yang luar biasa.
Kader IPNU-IPPNU diharapkan untuk bisa melestarikan tradisi-tradisi NU seperti silaturrahim dengan ulama/ kyai, tradisi santri, ritual jamaah (istigotsah, ziarah makam wali/ ulama, pentas seni budaya dll) perlu ditingkatkan dan terus dilestarikan. Dengan demikian hubungan yang intens akan membuat organisasi semakin kuat dan berkembang. Selanjuntnya masuk di IPNU-IPPNU bukan berarti menjadi penghalang mendapatkan prestasi, namun menjadi pendorong untuk memperoleh prestasi lebih, artinya kader IPNU-IPPNU harus berprestasi di Sekolah, Berprestasi di Pondok pesantren dan aktif di organisasi IPNU-IPPNU, itu dinamakan kader IPNU-IPPNU sejati. (Aa)
0 komentar:
Posting Komentar
SUKSES SLALU ......